PEMAHAMAN GURU TERHADAP GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas individu mata kuliah Penelitian Pendidikan
Dosen Rif’at Shafwatul Anam, M.Pd.
Disusun
Oleh :
Eni Nurhaeni
13210616965
PGSD-5B
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
SEBELAS APRIL
SUMEDANG
201
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, karena
atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal
penelitian yang berjudul “Pemahaman Guru Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik”.
Ada pun tujuan dari proposal
penelitian ini sebagai salah satu syarat mengikuti Pembelajaran
Penelitian Pendidikan pada Prodi PGSD Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Sebelas April Sumedang Tahun Akademik 2014/2015.
Dalam pembuatan proposal penelitian ini penyusun
menyadari bahwa masih sangat jauh dari kesempurnaan baik isi maupun bentuk
penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang kiranya dapat saya gunakan
sebagai masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya selaku penulis dan
umumnya bagi semua pihak.
Sumedang, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
A. Latar Belakang Maslah .................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
F. Landasan Teori .............................................................................................. 3
1. Hakikat Belajar dan
Pembelajaran ............................................................ 3
2. Definisi Gaya
Belajar ................................................................................ 7
3. Macam-Macam Gaya
Belajar .................................................................... 10
4. Cara Guru Dalam Memahami Gaya Belajar
Peserta Didik di Sekolah
Dasar ......................................................................................................... 16
G. Metode Penelitian ......................................................................................... 20
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 20
2. Tempat Penelitian ...................................................................................... 21
3. Subjek Penelitian ....................................................................................... 21
4. Sumber Data .............................................................................................. 22
5.. Teknik
Pengumpulan Data ....................................................................... 22
6. Instrumen Penelitian .................................................................................. 24
7. Analisis Data ............................................................................................. 25
H. Daftar Pustaka ............................................................................................... 26
A. Latar Belakang Masalah
Gaya
belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses, dan mengerti suatu informasi (Adi W. Gunawan, 2006: 139). Kebanyakan
ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar tersebut. Setiap individu
memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki
kombinasi dari gaya belajar yang berbeda. Suatu pemahaman dikatakan berbeda
karena dipengaruhi oleh cara penyampaian informasi dari pendidik dan modalitas
gaya belajar pada tiap individu. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda dan bisa belajar dengan lebih baik pun dengan cara yang
berbeda-beda pula. Keunikan gaya belajar peserta didik dapat menjadi referensi
pendidik dalam menentukan metode pembelajaran yang bervariasi.
Memahami gaya belajar pada setiap peserta
didik merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar di kelas.
Setelah peserta didik menemukan gaya belajar dan mengetahui cara terbaik untuk
membantu dalam belajarnya, dapat dilihat pula kemampuan peserta didik dalam memahami
sesuatu yang akan berkembang dengan pesat di dalam kelas, bahkan dimata
pelajaran yang sebelumnya dianggap susah dan rumit. Sebelum mempelajari manfaat
dari mengidentifikasi gaya belajar yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
sebelumnya guru perlu meluangkan waktu beberapa saat untuk mempelajari beberapa
jenis gaya belajar dan bagaimana cara yang baik untuk mengidentifikasi katagori
gaya belajar yang dimiliki peserta didik.
Didalam proses belajar tidak ada cara
belajar yang dianggap benar atau salah karena setiap orang mempunyai gaya
belajar yang berbeda-beda dan memberikan keuntungan serta kekurangan
masing-masing. Ketika peserta didik mampu memahami gaya belajarnya maka, proses
belajar peserta didik akan lebih efesien dan efektif. Untuk mengetahui
masing-masing gaya belajar individu maka diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai
gaya belajar tersebut.
B. Fokus Penelitian
Penelitian
ini difokuskan pada gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik serta kecenderungan yang digunakan pada
peserta didik disekolah dasar dan cara guru dalam memahami gaya belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran di SDN BANTARJAMBE, Kec. Cisitu, Kab.Sumedang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka permasalahan data penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja macam-macam
gaya belajar peserta didik disekolah dasar ?
2. Bagaimana cara guru dalam memahami
gaya belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. untuk memberikan gambaran macam-macam gaya
belajar peserta didik disekolah dasar, dan
2.
untuk mengatahui bagaimana cara guru dalam memahami gaya belajar peserta didik
dalam proses pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
memiliki manfaat sehingga akan menjadi bahan yang dapat digunakan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada gaya belajar peserta didik sekolah
dasar yang berbeda-beda.
2.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan bagi masyarakat, khususnya peserta didik tentang masalah
gaya belajar yang berbeda-beda yang dimiliki setiap individu, sehingga dapat membantu
dalam belajarnya. Dapat dilihat pula kemampuan peserta didik sekolah dasar
dalam memahami sesuatu yang akan berkembang dengan pesat di dalam kelas dan
juga dapat dijadikan pedoman belajar ketika peserta didik berada di rumah.
F. Landsasan Teori
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Proses
belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar yang
dianutnya.
1. Pengertian Belajar dan
Pembelajaran
Ada beberapa pendapat
mengenai pengertian belajar, diantaranya : Howard L. Kingsley dalam Dantes
(1997) mengemukakan bahwa 'belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses
dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah melalui praktek dan
latihan‟.
a. Hilgard dalam Nasution (1997:35) mengatakan bahwa belajar adalah
proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh factor-faktor yang tidak termasuk
latihan.
b. Jauhari (2000:75) mengatakan bahwa belajar adalah proses untuk
memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis,
berkesinambungan, integrativ dan tujuan yang jelas‟.
c. Fontana dalam Khoir (1991) memusatkan belajar dalam tiga hal,
yaitu belajar adalah mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari
pengalaman, dan perubahan terjadi dalam perilaku individu.
Jadi, pada hakekatnya belajar adalah segala
proses atau uasaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan
integrativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah
kesempurnaan hidup.
Skinner dalam Syamsudin (2000) berpendapat
bahwa proses belajar melibatkan tiga tahapan yaitu adanya rangsangan, lahirnya
perilaku dan adanya penguatan. Munsterberg dan Taylor dalam Nasution (2000:50)
mengadakan penelitian ilmiah tentang cara-cara belajar yang baik, dari 517 cara
belajar yang baik, ada beberapa point yang sangat penting, diantaranya :
a. Keadaan jasmani yang sehat
b. Keadaan sosial dan ekonomi yang stabil
c. Keadaan mental yang optimis
d. Menggunakan waktu yang sebaik-baiknya
e. Membuat catatan
Dalam menuju kesempurnaan hidup, belajar
tidak lepas dari keseluruhan aspek pribadi manusia. Ada beberapa macam-macam
aktifitas dalam belajar yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Menggunakan
panca indra untuk mengindra dan mengamati yang merupakan kegiatan belajar yang
paling mendasar dan telah dilakukan sejak awal kehidupan manusia.
b. Membaca
merupakan kegiatan belajar yang paling penting dan utama dalam belajar.
c. Mencatat dan
menulis point-point penting dari yang telah diamati dan dibaca sangat
diperlukan untuk memperkuat ingatan dan mudah direproduksi kembali.
d. Mengingat
dan menghafal adalah cara mudah untuk menyimpan kesan-kesan dalam memori.
e. Berfikir dan
berimajinasi akan mampu melahirkan banyak karya yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
f. Bertanya dan
berkonsultasi tentang sesuatu yang belum diketahui merupakan kegiatan belajar
yang harus dibiasakan.
g. Latihan dan
mempraktekan sesuatu yang telah dipelajari akan mampu menciptakan perubahan
dalam dirinya.
h. Menghayati pengalaman, karena pengalaman adalah guru terbaik.
2. Keberhasilan Belajar dan
Pembelajaran
Belajar merupakan peningkatan dan perubahan
kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik kearah yang lebih baik lagi.
Keberhasilan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan dari sebuah
pembelajaran yang tidak lepas dari peran aktif guru dan siswa itu sendiri dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dimyati dan Mujiono dalam Sukaesih (2002:22)
mengenai rekayasa pembelajaran menyebutkan bahwa :
a. Guru
melakukan rekayasa pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kurikulum yang
berlaku.
b. Siswa harus mempunyai kepribadian, pengalaman, dan tujuan
c. Guru menyusun desain intruksional untuk membelajarkan siswa.
d. Guru menyediakan kegiatan belajar mengajar siswa.
e. Guru
mengajar di kelas dengan maksud membelajarkan siswa dengan menggunakan asas
pendidikan dan teori belajar.
f. Siswa mengalami proses belajar dalam meningkatkan kemampuannya.
g. Dari suatu proses belajar siswa suatu hasil belajar.
Dengan belajar, seharusnya siswa dapat
berubah menjadi lebih baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dari hasil belajar
harus mengacu kepada kesadaran, niat, tujuan belajar, berlangsung secara terus
menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam moralitas, mental, pengetahuan,
dan keterampilan siswa (Jauhari, 2000:78). Hal itu akan terwujud bila didukung
oleh empat hal, yaitu :
a. Memiliki
kemauan dan kesiapan untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan niat dan motivasi
siswa.
b. Adanya
keinginan untuk berprstasi. Hal ini berkaitan dengan semangat dan etos belajar
siswa.
c. Memiliki
kemampuan dan tradisi intelektual positif yang berkaitan dengan kecerdasan,
sikap, dan perilaku dalam belajar.
d. Berusaha
menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang berhubungan dengan kondisi
fisik dan psikis.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh
unsur-unsur belajar, baik unsur luar maupun unsur dalam. Unsur-unsur tersebut
adalah:
a. Unsur luar
1) Lingkungan
alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara berpengaruh dalam proses dan hasil
belajar.
2) Lingkungan
social baik yang berwujud manusia maupun yang lainnya berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar.
3) Instrumental
yang terdiri dari kurikulum, program, sarana dan prasaran, serta guru sebagai
pendidik.
b. Unsur dalam
(kondisi individu)
1) Kondisi
fisiologis dan panca indra terutama pendengaran dan penglihatan.
2) Kondisi
psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
keterampilan kognitif. (Nasution,1994)
2. Definisi Gaya Belajar
Sugihartono dkk (2007: 53) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses internal yang diukur melalui perilaku. Adanya
perbedaan kognitif, afektif maupun psikomotor di antara para peserta didik
mempengaruhi pilihan belajar yang muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar.
Oleh karena itu, dalam setting pembelajaran yang sama, gaya belajar
dapat menjelaskan perbedaan belajar di antara peserta didik.
Para ahli menyatakan gaya belajar dalam
berbagai pengertian. Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani (2011: 36) menyatakan
bahwa gaya belajar merupakan suatu tindakan yang dirasakan menarik bagi peserta
didik dalam melakukan aktivitas belajar bersama teman-teman sekolah. John W.
Santrock (2009: 174) menyatakan bahwa gaya berpikir dan belajar (learning
and thinking styles) bukanlah kemampuan, tetapi cara yang disukai untuk
menggunakan kemampuan seseorang. Sedangkan Hamzah B. Uno (2010: 180)
berpendapat bahwa gaya belajar menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi
individu untuk menyerap informasi dari luar dirinya.
Ahli lain, Borich dan Tambari (Popi
Sopiatin dan Sohari Sobari, 2011: 37) menyatakan gaya belajar sebagai kebiasaan
yang dipilih peserta didik dalam belajar, baik di dalam kelas maupun di
lingkungan terbuka. Keefa (Sugihartono dkk, 2007: 53) menyatakan bahwa gaya
belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai.
Marta Kaudfelt 14 (2008: 33) mengungkapkan gaya belajar adalah cara yang lebih
disukai untuk mengumpulkan informasi dari lingkungan. Sejalan dengan pernyataan
Keefa dan Marta Kaudfelt, Adi W.Gunawan (2006: 139) mengungkapkan gaya belajar
adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses
dan mengerti suatu informasi.
Gaya belajar adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan dalam situasi-situasi antar
pribadi (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007: 110). Sarasin menyatakan bahwa
gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan
mengembangkan keterampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau
keterampilan baru, sedangkan menurut Dunn dan Dunn, gaya belajar merupakan
kumpulan karakteristik pribadi yang membuat seluruh pembelajaran efektif untuk
beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain (Sugihartono dkk, 2007: 53).
Gaya belajar merupakan cara memasukkan informasi ke dalam otak (Thomas L.
Madden, 2002: 129). Gaya belajar (learning styles) adalah cara bereaksi
dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterima dalam proses belajar
(Nasution, 2005: 93). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia
menyerap, dan kemudian mengatur, serta mengolah informasi (Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki, 2007: 112). Mendukung pernyataan tersebut, secara umum gaya
belajar merupakan kombinasi dari tiga faktor (Gordon Dryner dan Jeannette Vos,
2004: 347-348) yaitu: (a) bagaimana menyerap informasi dengan mudah, (b)
bagaimana mengatur dan memproses informasi, dan (c) bagaimana mengeluarkan
informasi. Gaya belajar bukanlah sesuatu
yang statis melainkan dinamis. Gaya belajar dapat berubah tergantung pada
aktivitas belajar atau perubahan pengalaman. Namun, Hillard menyatakan bahwa
ketika gaya belajar berubah, hal itu akan cenderung menetap untuk sementara
waktu sehingga menjadi kebiasaan (Sugihartono dkk, 2007: 53). Di beberapa
sekolah dasar dan sekolah lanjutan di Amerika, guru menyadari bahwa setiap
orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru (Bobbi
DePorter dan Mike Hernacki, 2007: 112).
Dari berbagai uraian definisi gaya belajar
di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah kebiasaan belajar individu
ketika belajar. Kebiasaan belajar merupakan cerminan perilaku peserta didik
ketika menerima dan memasukkan, maupun memproses informasi pembelajaran yang
diperoleh. Kebiasan tersebut merupakan pilihan terbaik yang sesuai dan membuat
peserta didik nyaman dalam belajar sehingga membuat pembelajaran menjadi
efektif.
3. Macam-Macam Gaya Belajar
Menurut
Deporter, terdapat 3 modalitas (tipe) dalam gaya belajar yaitu Visual, Auditori
dan Kinestetik. Pelajar Visual belajar melalui apa yang mereka lihat, Auditori
belajar dengan cara mendengar dan Kinestetik belajar dengan gerak, bekerja dan
menyentuh. Tetapi dalam kenyataannya, setiap orang memiliki ketiga gaya
dalam belajar tersebut, hanya saja satu gaya biasanya lebih mendominasi.
Sedangkan hasil belajar menurut Oemar adalah suatu penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam
waktu yang lama karna hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
merubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Penggunaan
gaya belajar yang dibatasi hanya dalam satu bentuk, terutama yang bersifat
verbal atau dengan jalur auditorial, tentunya dapat menyebabkan adanya
ketimpangan dalam menyerap informasi. Tulisan atau kata-kata yang terlalu
banyak akan membuat seseorang menjadi bosan dan lelah serta sangat mungkin
menghasilkan proses belajar yang kurang optimal. Dalam hal ini menurut
Solehudin (2006) Pembelajaran praktikum adalah proses model pembelajaran yang
efektif untuk mencapai tiga tujuan secara bersamaan, yaitu dengan meningkatkan
keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan psikomotorik.
1. Visual (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus
diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham gaya seperti ini mengandalkan
penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada
beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar
visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran)
secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan
yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima
terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan,
ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
2.
Bukan
pendengar yang baik saat berkomunikasi
3.
Saat
mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman
lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4.
Tak
suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain.
Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5.
Kurang
mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6.
Lebih
suka peragaan daripada penjelasan lisan
7.
Dapat
duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
Kelebihan gaya belajar
visual (Visual Learners) antara lain:
1.
Dapat
mengingat detail dan warna dengan sangat baik,
2.
Mampu
membaca, mengeja, dan menghafal pelajaran dengan baik,
3.
Sangat
baik dalam mengingat wajah seseorang, tetapi seringkali lupa dengan nama orang
tersebut.
4.
Saat
menghafal dan memahami suatu informasi, biasanya mereka memvisualisasikan
gambar atau image dalam pikirannya,
5.
Umumnya
berpenampilan rapi dan baik,
6.
Ketika
memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh anak visual adalah dengan membaca
informasi, serta membuat daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia
hadapi.
Kelemahan:
1.
Susah
belajar dalam suasana yang ramai , ribut dan banyak gangguan,
2.
Susah
memahami penjelasan guru tanpa disertai dengan gambar atau grafik,
3.
Terganggu
konsentrasinya saat melihat tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan
suatu informasi) yang menurutnya tidak menarik atau justru jelek.
2. Auditori
(Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners)
mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran
sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus
mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu.
Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi
hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap
informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan
menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya
belajar Auditori yaitu :
1.
Mampu
mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang
didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2.
Pendengar
ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3.
Cenderung
banyak omong
4.
Tak
suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat
mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5.
Kurang
cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6.
Senang
berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7.
Kurang
tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya
anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
Kelebihan dari gaya belajar Auditori
(Auditory Learners):
1.
Jika
melakukan presentasi suatu hasil kerja dapat melakukannya dengan baik.
2.
Dapat
dengan mudah menirukan perkataan orang lain dalam waktu yang singkat.
3.
Memiliki
tata bahasa yang baik
4.
Dengan
mudah menghafalkan nama orang lain.
5.
Senang
berbicara
6.
Jika
melakukan pembicaraan di depan banyak orang , dapat melakukan dengan mudah.
7.
Jika
berbicara iramanya memiliki pola.
Kelemahan:
1.
Tidak
membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan).
2.
Susah
menginggat sesuatu jika membacanya tanpa menggunakan suara.
3.
Susah
untuk membuat karangan.
4.
Susah
diam dalam waktunya cukup lama.
5.
Mudah
terganggu dengan keributan.
3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Gaya
belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) berhubungan
dengan gerak mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada
beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa
melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima
informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja,
seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca
penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar
Kinestetik yaitu :
2.
Sulit
berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3.
Mengerjakan
segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan
pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
4.
Suka
menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5.
Sulit
menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6.
Menyukai
praktek/ percobaan
7.
Menyukai
permainan dan aktivitas fisik
Kelebihan gaya belajar kinestetik
(Kinesthetic Learners):
1.
Umumnya
memiliki penampilan yang rapi.
2.
Lebih
pintar dalam bidang olahraga.
3.
Suka
dengan pekerjaan yang di lakukan dalam laboratorium.
4.
Kerja
sama antara mata dan tangan sangat bagus.
Kelemahan:
1.
Mudah
gelisah dan frustasi dalam mendengarkan sesuatu sambil duduk dalam waktu yang
lama, sehingga membutuhkan sedikit istirahat.
2.
Kurang
baik dalam melakukan pengejaan kata.
3.
Jika
membaca menggunakan jari telunjuk.
4.
Kurang
menguasai dalam bidang geografi.
4. Cara Guru Dalam Memahami Gaya Belajar
Peserta Didik di Sekolah Dasar
S.
Nasution (2003: 93) mengemukakan bahwa: setiap metode mengajar bergantung pada
cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya. Dengan demikian,
guru dalam mengajar hendaknya memperhatikan gaya belajar atau learning style
siswa, yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan stimulus- stimulus yang
diterima dalam proses pembelajaran.
Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk
mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan aktif dan
memungkinkan anak berprestasi secara maksimal. Sedangkan tingkat partisipasi
yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam menyikapi, memahami, mencerna
materi yang disajikan dalam proses belajar. Bagaimanpun baiknya sarana
pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil
pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Keberadaan guru
didepan sebagai pemimpin bukan saja penting secara ideal tetapi juga secara
fisik sangat menentukan.
Bagi guru yang ingin sukses pada masa
mendatang, sangat penting untuk mengetahui apa yang telah dipahami oleh peserta
didiknya. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan
guru tentang gaya belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan
belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual
setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya belajar
yang berbeda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan
strategi-strategi pengajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri
dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.
Adapun cara untuk mengetahui gaya belajar
siswa:
1. Siswa dengan gaya belajar
visual
Memutar film,
menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan
proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang
mempunyai kecenderungan belajar secara visual akan lebih tertarik dan
antusias.
2. Siswa dengan gaya belajar
auditori
Gunakan metode ceramah secara umum,
catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan
siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan
mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang
cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana
tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.
3. Siswa dengan gaya belajar
kinestetik
Dengan metode pembelajaran
menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan
sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya
kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga
lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya
belajar yang mereka miliki.
Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan
kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimiliki siswa,
saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka.
1. Untuk
pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata,
hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka
adalah:
a. Biarkan
mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa
yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.
b. Buatlah lebih
banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu,
c. Putarkan film, minta
mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
d. Gunakan berbagai
ilustrasi dan gambar
e. Tulis ulang apa
yang ada di papan tulis.
f. Gunakan
warna-warni yang berbeda pada tulisan.
2. Untuk pembelajar auditori, di
mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang
bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
a. Gunakan audio
dalam pembelajaran (musik, radio, dll), saat belajar.
b. Biarkan mereka
membaca dengan nyaring dan suara keras.
c. Seringlah
memberi pertanyaan kepada mereka.
d. Membuat diskusi
kelas.
e. Menggunakan
rekaman.
f. Biarkan mereka
menjelaskan dengan kata-kata.
g. Biarkan mereka
menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
h. Belajar
berkelompok.
3. Sedangkan untuk pembelajar kinestetik, di mana
mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa
dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
a. Perbanyak
praktek lapangan (field trip).
b. Melakukan
demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
c. Membuat model
atau contoh-contoh.
d. Belajar tidak
harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang
nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.
e. Perbanyak
praktek di laboratorium.
f. Boleh menghapal
sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir.
g. Perbanyak
simulasi dan role playing.
h. Biarkan murid
berdiri saat menjelaskan sesuatu.
Menurut Bendler dan Grinder, 1981 (dalam De
Porter, 2000: 85): “Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas
visual, auditorial dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada satu
modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran,
pemerosesan dan komunikasi”. Sedangkan Markova tahun 1992 (dalam De Porter,
2000: 85) mengatakan “Orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka
juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan
kekurangan alami tertentu”. Setiap orang memiliki kecenderungan pada satu
modalitas. Guru juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang sama dengan
gaya belajarnya. Seorang siswa secara berangsur akan mudah menyerap informasi
sesuai dengan gaya belajarnya. Dengan demikian guru harus bisa menjadi guru
yang mengesankan bagi para siswanya dan menjadi sosok yang selalu di nanti
kehadirannya di dalam kelas, harus memiliki V-A-K (Visual, Auditori,
Kinestetik), dimana penampilan di jaga, kata-kata dan suara jelas dengan
intonasi yang memikat, gerakan bagus, menguasai joke, contoh-contoh personal.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif, penelitian ini berupaya
untuk menjelaskan dan mencoba mendeskripsi dan mempelajarai macam-macam gaya
belajar peserta didik di SD. Penelitian kualitatif yang
memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung,
deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam
penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna
merupakan hal yang esensial. Metode kualitatif digunakan, sebab permasalahan belum jelas, holistik,
kompleks, dinamis dan penuh makna (Sugiyono, 2011: 292). Dengan demikian,
penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan obyek penelitian
yang belum jelas dan penuh makna dengan sistematis, faktual, dan akurat.
2. Tempat Penelitian
Tempat
penelitian yang dipilih ini yaitu di sekolah dimana subjek sedang melakukan proses pembelajaran
yang berlokasi di SD NEGERI BANTARJAMBE, Kec.Cisitu, Kab.Sumedang.
3. Subjek
Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa peserta
didik kelas IV (empat) Sekolah Dasar di SDN BANTARJAMBE kecamatan Cisitu yang
mempunyai berbagai gaya belajar berbeda di dalam proses pembelajarannya dengan
melalui beberapa cara yaitu :
1. Observasi
yang dilakukan secara langsung melalui pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
yang dilakukan kepada beberapa peserta didik yang masing-masing memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda, sebagai tindak lanjut dari observasi.
3.
Dokumentasi, yang diperoleh memalui catatan guru kelasnya.
4. Sumber Data
Data penelitian ini dikumpulkan dari
berbagai teknik yang mendukung. Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Subjek itu sendiri
2. Guru kelas IV (Empat)
3. Orang tua subjek
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada setting (kondisi)
alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi berperan (participan observation), wawancara mendalam (in
depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2011: 225). Teknik pengumpulan
dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki
(Marzuki, 2000: 58). Metode observasi menggunakan pedoman observasi yang berupa
daftar cek sebagai instrumen penelitian. Spradley (Sugiyono, 2011: 229)
mengungkapkan bahwa situasi sosial yang diobservasi terdiri dari tiga komponen,
yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (kegiatan).
Berdasar pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan observasi berperan
serta dan observasi nonpartisipan, sedangkan berdasar instrumentasi yang
digunakan, observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
terstruktur (Sugiyono, 2011: 145).
Jenis observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi berperan serta dan observasi tidak terstruktur.
Peneliti datang di tempat kegiatan sehari-hari subjek penelitian, tetapi tidak
ikut terlibat pada kegiatan tersebut (Sugiyono, 20011: 227). Observasi pada
penelitian ini tidak dipersiapkan dengan sistematis, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan perilaku peserta didik berprestasi akademik ketika
belajar.
2. Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexi J. Moleong, 2006: 186). Wawancara
merupakan teknik mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan
responden (orang yang diminta informasi). Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2011: 138).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
secara semiterstruktur kepada peserta didik sebagai narasumber primer,
serta guru kelas IV, dan orang tua
peserta didik sebagai narasumber sekunder. Peneliti membuat
pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah dipersiapkan, tetapi
bersifat lebih bebas sehingga informan dapat mengungkapkan pendapatnya
(Sugiyono, 2011: 233). Pertanyaan penelitian dibuat berdasarkan definisi
operasional variabel yang dijabarkan melalui sub variabel dan indikator dalam
kisi-kisi instrumen penelitian.
3. Dokumentasi
Guba dan Lincoln (Lexi J. Moleong, 2006:
216) mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film, yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode
dokumentasi dilakukan dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku, majalah, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 2010: 201). Penggunaan metode dokumen dalam penelitian ini menurut
Guba dan Lincoln (Lexy J. Moleong, 2006: 217) karena: (a) merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong, (b) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian,
(c) berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang
alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, (d) tidak
reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi, (e)
dokumentasi harus dicari dan ditemukan, (f) hasil pengkajian isi akan membuka
kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang
diselidiki.
Dalam penelitian ini, studi dokumen
dilakukan pada transkrip wawancara dan observasi, tulisan dan catatan peserta
didik, catatan lapangan peneliti, serta foto kegiatan pembelajaran.
5. Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri
atau anggota tim peneliti (Sugiyono, 2011: 292). Meneliti adalah melakukan
pengukuran sehingga dalam penelitian harus menggunakan alat ukur yang baik.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian disebut instrumen penelitian.
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data.
Menurut Nurul Zuriah (2006: 172) metode angket menggunakan instrumen kuesioner
dan ceklist, metode wawancara dengan instrumen pedoman wawancara, metode
observasi dengan instrumen lembar pengamatan, dan metode dokumentasi dengan
instrumen tabel. Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan
wawancara yang dibuat berdasarkan definisi operasional penelitian, yakni gaya
belajar Visual, Auditori, dan Kinestik peserta didik.
6. Teknis Analisis Data
Bogdan
dan Biklen (Nurul Zuriah, 2006: 217) menyatakan bahwa analisis data merupakan
proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diintrepretasikan temuannya kepada
orang lain. Analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 246)
dilakukan dengan: 1) Periode pengumpulan data, dilakukan melalui instrumen-instrumen
yang telah dibuat kemudian dipilah data yang penting, 2) Mereduksi data,
merupakan proses mengurangi data yang kurang relevan dengan fokus penelitian,
3) Men-display data, hasil reduksi data disajikan dalam berbagai cara
visual sehingga data dapat memperjelas data, yaitu dengan grafik dan diagram, 4)
Menarik kesimpulan dari verifikasi, dilakukan dengan melihat kembali laporan
yang ingin dicapai.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, yait untuk menjelaskan dan mencoba mendeskripsi dan mempelajarai tentang
gaya belajar peserta didik yang berbeda pada setiap subjek berdasarkan
temuan-temuan yang ada di lapangan yang diperoleh dari bebagai sumber. Berbagai
data tentang gaya belajar peserta didik
yang ditemukan dilapangan yaitu macam-macam gaya belajar, dan cara guru dalam
memahami gaya belajar peserta didik. Setelah semua data terkumpul, maka langkah
berikutnya adalah data tersebut dikategorikan, dianalisis dan juga di
simpulkan.
H. Daftar Pustaka
Online Tersedia :
eprints.uny.ac.id/.../1/skripsilengkapdf.pdf