Minggu, 26 Juni 2016

PROPOSAL PENELITIAN



PEMAHAMAN GURU TERHADAP GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Penelitian Pendidikan
Dosen Rif’at Shafwatul Anam, M.Pd.








Disusun Oleh :
Eni Nurhaeni
13210616965
PGSD-5B

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
 SEBELAS APRIL SUMEDANG
201


KATA PENGANTAR

       Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul “Pemahaman Guru Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik”. Ada pun tujuan dari proposal penelitian ini sebagai salah satu syarat mengikuti Pembelajaran Penelitian Pendidikan pada Prodi PGSD Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sebelas April Sumedang Tahun Akademik  2014/2015.
Dalam pembuatan proposal penelitian ini penyusun menyadari bahwa masih sangat jauh dari kesempurnaan baik isi maupun bentuk penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang kiranya dapat saya gunakan sebagai masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya selaku penulis dan umumnya bagi semua pihak.




Sumedang,  Desember 2015


Penyusun
DAFTAR  ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
A.   Latar Belakang Maslah .................................................................................. 1
B.   Fokus Penelitian ............................................................................................ 2
C.   Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
D.   Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
E.    Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
F.    Landasan Teori .............................................................................................. 3
       1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ............................................................ 3
       2. Definisi Gaya Belajar ................................................................................ 7
       3. Macam-Macam Gaya Belajar .................................................................... 10
       4. Cara Guru Dalam Memahami Gaya Belajar Peserta Didik di Sekolah
            Dasar ......................................................................................................... 16
G.   Metode Penelitian ......................................................................................... 20
       1. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 20
       2. Tempat Penelitian ...................................................................................... 21
       3. Subjek Penelitian ....................................................................................... 21
       4. Sumber Data .............................................................................................. 22
       5.. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 22
       6. Instrumen Penelitian .................................................................................. 24
       7. Analisis Data ............................................................................................. 25
H.   Daftar Pustaka ............................................................................................... 26


A.   Latar Belakang Masalah
     Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti suatu informasi (Adi W. Gunawan, 2006: 139). Kebanyakan ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar tersebut. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda. Suatu pemahaman dikatakan berbeda karena dipengaruhi oleh cara penyampaian informasi dari pendidik dan modalitas gaya belajar pada tiap individu. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda dan bisa belajar dengan lebih baik pun dengan cara yang berbeda-beda pula. Keunikan gaya belajar peserta didik dapat menjadi referensi pendidik dalam menentukan metode pembelajaran yang bervariasi.
     Memahami gaya belajar pada setiap peserta didik merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar di kelas. Setelah peserta didik menemukan gaya belajar dan mengetahui cara terbaik untuk membantu dalam belajarnya, dapat dilihat pula kemampuan peserta didik dalam memahami sesuatu yang akan berkembang dengan pesat di dalam kelas, bahkan dimata pelajaran yang sebelumnya dianggap susah dan rumit. Sebelum mempelajari manfaat dari mengidentifikasi gaya belajar yang dimiliki oleh setiap peserta didik, sebelumnya guru perlu meluangkan waktu beberapa saat untuk mempelajari beberapa jenis gaya belajar dan bagaimana cara yang baik untuk mengidentifikasi katagori gaya belajar yang dimiliki peserta didik.
     Didalam proses belajar tidak ada cara belajar yang dianggap benar atau salah karena setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda dan memberikan keuntungan serta kekurangan masing-masing. Ketika peserta didik mampu memahami gaya belajarnya maka, proses belajar peserta didik akan lebih efesien dan efektif. Untuk mengetahui masing-masing gaya belajar individu maka diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai gaya belajar tersebut.
B.   Fokus Penelitian
     Penelitian ini difokuskan pada gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik  serta kecenderungan yang digunakan pada peserta didik disekolah dasar dan cara guru dalam memahami gaya belajar peserta didik dalam proses pembelajaran di SDN BANTARJAMBE, Kec. Cisitu, Kab.Sumedang.
C.   Rumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka permasalahan data penelitian dirumuskan sebagai berikut:
       1. Apa saja macam-macam gaya belajar peserta didik disekolah dasar ?
       2. Bagaimana cara guru dalam memahami gaya belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ?
D.   Tujuan Penelitian
                 Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
     1. untuk memberikan gambaran macam-macam gaya belajar peserta didik disekolah dasar, dan
2. untuk mengatahui bagaimana cara guru dalam memahami gaya belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
E.   Manfaat Penelitian
       1. Manfaat Teoritis
            Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi bahan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada gaya belajar peserta didik sekolah dasar yang berbeda-beda.
       2.Manfaat Praktis
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat, khususnya peserta didik tentang masalah gaya belajar yang berbeda-beda yang dimiliki setiap individu, sehingga dapat membantu dalam belajarnya. Dapat dilihat pula kemampuan peserta didik sekolah dasar dalam memahami sesuatu yang akan berkembang dengan pesat di dalam kelas dan juga dapat dijadikan pedoman belajar ketika peserta didik berada di rumah.
F.    Landsasan Teori
1.    Hakikat Belajar dan Pembelajaran
     Proses belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar yang dianutnya.
1.    Pengertian Belajar dan Pembelajaran
     Ada beberapa pendapat mengenai pengertian belajar, diantaranya : Howard L. Kingsley dalam Dantes (1997) mengemukakan bahwa 'belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah melalui praktek dan latihan‟.
a. Hilgard dalam Nasution (1997:35) mengatakan bahwa belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh factor-faktor yang tidak termasuk latihan.
b. Jauhari (2000:75) mengatakan bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkesinambungan, integrativ dan tujuan yang jelas‟.
c. Fontana dalam Khoir (1991) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman, dan perubahan terjadi dalam perilaku individu.
     Jadi, pada hakekatnya belajar adalah segala proses atau uasaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup.
     Skinner dalam Syamsudin (2000) berpendapat bahwa proses belajar melibatkan tiga tahapan yaitu adanya rangsangan, lahirnya perilaku dan adanya penguatan. Munsterberg dan Taylor dalam Nasution (2000:50) mengadakan penelitian ilmiah tentang cara-cara belajar yang baik, dari 517 cara belajar yang baik, ada beberapa point yang sangat penting, diantaranya :
a. Keadaan jasmani yang sehat
b. Keadaan sosial dan ekonomi yang stabil
c. Keadaan mental yang optimis
d. Menggunakan waktu yang sebaik-baiknya
e. Membuat catatan
     Dalam menuju kesempurnaan hidup, belajar tidak lepas dari keseluruhan aspek pribadi manusia. Ada beberapa macam-macam aktifitas dalam belajar yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Menggunakan panca indra untuk mengindra dan mengamati yang merupakan kegiatan belajar yang paling mendasar dan telah dilakukan sejak awal kehidupan manusia.
b. Membaca merupakan kegiatan belajar yang paling penting dan utama dalam belajar.
c. Mencatat dan menulis point-point penting dari yang telah diamati dan dibaca sangat diperlukan untuk memperkuat ingatan dan mudah direproduksi kembali.
d. Mengingat dan menghafal adalah cara mudah untuk menyimpan kesan-kesan dalam memori.
e. Berfikir dan berimajinasi akan mampu melahirkan banyak karya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
f. Bertanya dan berkonsultasi tentang sesuatu yang belum diketahui merupakan kegiatan belajar yang harus dibiasakan.
g. Latihan dan mempraktekan sesuatu yang telah dipelajari akan mampu menciptakan perubahan dalam dirinya.
h. Menghayati pengalaman, karena pengalaman adalah guru terbaik.
2.    Keberhasilan Belajar dan Pembelajaran
     Belajar merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik kearah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari peran aktif guru dan siswa itu sendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dimyati dan Mujiono dalam Sukaesih (2002:22) mengenai rekayasa pembelajaran menyebutkan bahwa :
a. Guru melakukan rekayasa pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
b. Siswa harus mempunyai kepribadian, pengalaman, dan tujuan
c. Guru menyusun desain intruksional untuk membelajarkan siswa.
d. Guru menyediakan kegiatan belajar mengajar siswa.
e. Guru mengajar di kelas dengan maksud membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan dan teori belajar.
f. Siswa mengalami proses belajar dalam meningkatkan kemampuannya.
g. Dari suatu proses belajar siswa suatu hasil belajar.
     Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat, tujuan belajar, berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam moralitas, mental, pengetahuan, dan keterampilan siswa (Jauhari, 2000:78). Hal itu akan terwujud bila didukung oleh empat hal, yaitu :
a. Memiliki kemauan dan kesiapan untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan niat dan motivasi siswa.
b. Adanya keinginan untuk berprstasi. Hal ini berkaitan dengan semangat dan etos belajar siswa.
c. Memiliki kemampuan dan tradisi intelektual positif yang berkaitan dengan kecerdasan, sikap, dan perilaku dalam belajar.
d. Berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang berhubungan dengan kondisi fisik dan psikis.
     Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh unsur-unsur belajar, baik unsur luar maupun unsur dalam. Unsur-unsur tersebut adalah:
a. Unsur luar
1) Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara berpengaruh dalam proses dan hasil belajar.
2) Lingkungan social baik yang berwujud manusia maupun yang lainnya berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
3) Instrumental yang terdiri dari kurikulum, program, sarana dan prasaran, serta guru sebagai pendidik.
b. Unsur dalam (kondisi individu)
1) Kondisi fisiologis dan panca indra terutama pendengaran dan penglihatan.
2) Kondisi psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan keterampilan kognitif. (Nasution,1994)
2.    Definisi Gaya Belajar
     Sugihartono dkk (2007: 53) menyatakan bahwa belajar merupakan proses internal yang diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif, afektif maupun psikomotor di antara para peserta didik mempengaruhi pilihan belajar yang muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar. Oleh karena itu, dalam setting pembelajaran yang sama, gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar di antara peserta didik.
     Para ahli menyatakan gaya belajar dalam berbagai pengertian. Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani (2011: 36) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan suatu tindakan yang dirasakan menarik bagi peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar bersama teman-teman sekolah. John W. Santrock (2009: 174) menyatakan bahwa gaya berpikir dan belajar (learning and thinking styles) bukanlah kemampuan, tetapi cara yang disukai untuk menggunakan kemampuan seseorang. Sedangkan Hamzah B. Uno (2010: 180) berpendapat bahwa gaya belajar menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi individu untuk menyerap informasi dari luar dirinya.
     Ahli lain, Borich dan Tambari (Popi Sopiatin dan Sohari Sobari, 2011: 37) menyatakan gaya belajar sebagai kebiasaan yang dipilih peserta didik dalam belajar, baik di dalam kelas maupun di lingkungan terbuka. Keefa (Sugihartono dkk, 2007: 53) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Marta Kaudfelt 14 (2008: 33) mengungkapkan gaya belajar adalah cara yang lebih disukai untuk mengumpulkan informasi dari lingkungan. Sejalan dengan pernyataan Keefa dan Marta Kaudfelt, Adi W.Gunawan (2006: 139) mengungkapkan gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
     Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007: 110). Sarasin menyatakan bahwa gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau keterampilan baru, sedangkan menurut Dunn dan Dunn, gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat seluruh pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain (Sugihartono dkk, 2007: 53). Gaya belajar merupakan cara memasukkan informasi ke dalam otak (Thomas L. Madden, 2002: 129). Gaya belajar (learning styles) adalah cara bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterima dalam proses belajar (Nasution, 2005: 93). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur, serta mengolah informasi (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007: 112). Mendukung pernyataan tersebut, secara umum gaya belajar merupakan kombinasi dari tiga faktor (Gordon Dryner dan Jeannette Vos, 2004: 347-348) yaitu: (a) bagaimana menyerap informasi dengan mudah, (b) bagaimana mengatur dan memproses informasi, dan (c) bagaimana mengeluarkan informasi.  Gaya belajar bukanlah sesuatu yang statis melainkan dinamis. Gaya belajar dapat berubah tergantung pada aktivitas belajar atau perubahan pengalaman. Namun, Hillard menyatakan bahwa ketika gaya belajar berubah, hal itu akan cenderung menetap untuk sementara waktu sehingga menjadi kebiasaan (Sugihartono dkk, 2007: 53). Di beberapa sekolah dasar dan sekolah lanjutan di Amerika, guru menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2007: 112).
     Dari berbagai uraian definisi gaya belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah kebiasaan belajar individu ketika belajar. Kebiasaan belajar merupakan cerminan perilaku peserta didik ketika menerima dan memasukkan, maupun memproses informasi pembelajaran yang diperoleh. Kebiasan tersebut merupakan pilihan terbaik yang sesuai dan membuat peserta didik nyaman dalam belajar sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif.
3.    Macam-Macam Gaya Belajar
     Menurut Deporter, terdapat 3 modalitas (tipe) dalam gaya belajar yaitu Visual, Auditori dan Kinestetik. Pelajar Visual belajar melalui apa yang mereka lihat, Auditori belajar dengan cara mendengar dan Kinestetik belajar dengan gerak, bekerja dan  menyentuh. Tetapi dalam kenyataannya, setiap orang memiliki ketiga gaya dalam belajar tersebut, hanya saja satu gaya biasanya lebih mendominasi. Sedangkan hasil belajar menurut Oemar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam waktu yang lama karna hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Penggunaan gaya belajar yang dibatasi hanya dalam satu bentuk, terutama yang bersifat verbal atau dengan jalur auditorial, tentunya dapat menyebabkan adanya ketimpangan dalam menyerap informasi. Tulisan atau kata-kata yang terlalu banyak akan membuat seseorang menjadi bosan dan lelah serta sangat mungkin menghasilkan proses belajar yang kurang optimal. Dalam hal ini menurut Solehudin (2006) Pembelajaran praktikum adalah proses model pembelajaran yang efektif untuk mencapai tiga tujuan secara bersamaan, yaitu dengan meningkatkan keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan psikomotorik.
1.    Visual (Visual Learners)
     Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham gaya seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
1.    Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
2.    Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
3.    Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4.    Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5.    Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6.    Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
7.    Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
       Kelebihan gaya belajar visual (Visual Learners) antara lain:                               
1.    Dapat  mengingat detail dan warna dengan sangat baik,
2.    Mampu membaca, mengeja, dan menghafal pelajaran dengan baik,
3.    Sangat baik dalam mengingat wajah seseorang, tetapi seringkali lupa dengan nama orang tersebut.
4.    Saat menghafal dan memahami suatu informasi, biasanya mereka memvisualisasikan  gambar atau image dalam pikirannya,
5.    Umumnya berpenampilan rapi dan baik,
6.    Ketika memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh anak visual adalah dengan membaca informasi, serta membuat daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi.
     Kelemahan:
1.    Susah belajar dalam suasana yang ramai , ribut dan banyak gangguan,
2.    Susah memahami penjelasan guru tanpa disertai dengan gambar atau grafik,
3.    Terganggu konsentrasinya saat melihat tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan suatu informasi) yang menurutnya tidak menarik atau justru jelek.
2.    Auditori (Auditory Learners )
     Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
       Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :
1.    Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2.    Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3.    Cenderung banyak omong
4.    Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5.    Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6.    Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7.    Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
            Kelebihan dari gaya belajar Auditori (Auditory Learners):
1.    Jika melakukan presentasi suatu hasil kerja dapat melakukannya dengan baik.
2.    Dapat dengan mudah menirukan perkataan orang lain dalam waktu yang singkat.
3.    Memiliki tata bahasa yang baik
4.    Dengan mudah menghafalkan nama orang lain.
5.    Senang berbicara
6.    Jika melakukan pembicaraan di depan banyak orang , dapat melakukan dengan mudah.
7.    Jika berbicara iramanya memiliki pola.
            Kelemahan:
1.    Tidak membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan).
2.    Susah menginggat sesuatu jika membacanya tanpa menggunakan suara.
3.    Susah untuk membuat karangan.
4.    Susah diam dalam waktunya cukup lama.
5.    Mudah terganggu dengan keributan.
3.    Kinestetik (Kinesthetic Learners)
     Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) berhubungan dengan gerak mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
       Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
1.    Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
2.    Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3.    Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
4.    Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5.    Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6.    Menyukai praktek/ percobaan
7.    Menyukai permainan dan aktivitas fisik
     Kelebihan gaya belajar kinestetik (Kinesthetic Learners):
1.    Umumnya memiliki penampilan yang rapi.
2.    Lebih pintar dalam bidang olahraga.
3.    Suka dengan pekerjaan yang di lakukan dalam laboratorium.
4.    Kerja sama antara mata dan tangan sangat bagus.
     Kelemahan:
1.    Mudah gelisah dan frustasi dalam mendengarkan sesuatu sambil duduk dalam waktu yang lama, sehingga membutuhkan sedikit istirahat.
2.    Kurang baik dalam melakukan pengejaan kata.
3.    Jika membaca menggunakan jari telunjuk.
4.    Kurang menguasai dalam bidang geografi.
4.    Cara Guru Dalam Memahami Gaya Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar
     S. Nasution (2003: 93) mengemukakan bahwa: setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya. Dengan demikian, guru dalam mengajar hendaknya memperhatikan gaya belajar atau learning style siswa, yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan stimulus- stimulus yang diterima dalam proses pembelajaran.
     Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan aktif dan memungkinkan anak berprestasi secara maksimal. Sedangkan tingkat partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam menyikapi, memahami, mencerna materi yang disajikan dalam proses belajar. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Keberadaan guru didepan sebagai pemimpin bukan saja penting secara ideal tetapi juga secara fisik sangat menentukan.
     Bagi guru yang ingin sukses pada masa mendatang, sangat penting untuk mengetahui apa yang telah dipahami oleh peserta didiknya. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan guru tentang gaya belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya belajar yang berbeda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.
       Adapun cara untuk mengetahui gaya belajar siswa:
       1.   Siswa dengan gaya belajar visual
     Memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual akan lebih tertarik dan antusias.
       2.   Siswa dengan gaya belajar auditori
     Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.
       3.   Siswa dengan gaya belajar kinestetik
     Dengan metode pembelajaran menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka miliki.
     Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimiliki siswa, saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka.
1.  Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.
b. Buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu,
c.  Putarkan film, minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
            d.  Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar
            e.  Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.
            f.  Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.
2.  Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
       a. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll), saat belajar.
       b. Biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
       c. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.
       d. Membuat diskusi kelas.
       e. Menggunakan rekaman.
       f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.
g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
       h. Belajar berkelompok.
3.  Sedangkan untuk pembelajar kinestetik, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
       a. Perbanyak praktek lapangan (field trip).
b. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
       c. Membuat model atau contoh-contoh.
d. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.
       e. Perbanyak praktek di laboratorium.
       f. Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir.
       g. Perbanyak simulasi dan role playing
       h. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.
     Menurut Bendler dan Grinder, 1981 (dalam De Porter, 2000: 85): “Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemerosesan dan komunikasi”. Sedangkan Markova tahun 1992 (dalam De Porter, 2000: 85) mengatakan “Orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu”. Setiap orang memiliki kecenderungan pada satu modalitas. Guru juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang sama dengan gaya belajarnya. Seorang siswa secara berangsur akan mudah menyerap informasi sesuai dengan gaya belajarnya. Dengan demikian guru harus bisa menjadi guru yang mengesankan bagi para siswanya dan menjadi sosok yang selalu di nanti kehadirannya di dalam kelas, harus memiliki V-A-K (Visual, Auditori, Kinestetik), dimana penampilan di jaga, kata-kata dan suara jelas dengan intonasi yang memikat, gerakan bagus, menguasai joke, contoh-contoh personal.
G.   Metode Penelitian
1.    Pendekatan Penelitian
     Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan mencoba mendeskripsi dan mempelajarai macam-macam gaya belajar peserta didik di SD. Penelitian kualitatif yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial. Metode kualitatif digunakan, sebab permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna (Sugiyono, 2011: 292). Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan obyek penelitian yang belum jelas dan penuh makna dengan sistematis, faktual, dan akurat.
2.    Tempat Penelitian
     Tempat penelitian yang dipilih ini yaitu di sekolah dimana subjek sedang melakukan proses pembelajaran yang berlokasi di SD NEGERI BANTARJAMBE, Kec.Cisitu, Kab.Sumedang.
3.    Subjek Penelitian
     Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa peserta didik kelas IV (empat) Sekolah Dasar di SDN BANTARJAMBE kecamatan Cisitu yang mempunyai berbagai gaya belajar berbeda di dalam proses pembelajarannya dengan melalui beberapa cara yaitu :
 1.   Observasi yang dilakukan secara langsung melalui pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung.
 2.   Wawancara yang dilakukan kepada beberapa peserta didik yang masing-masing memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, sebagai tindak lanjut dari observasi.
       3. Dokumentasi, yang diperoleh memalui catatan guru kelasnya.
4.    Sumber Data
     Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai teknik yang mendukung. Sumber data dalam penelitian ini adalah :
       1.  Subjek itu sendiri
       2.  Guru kelas IV (Empat)
       3.  Orang tua subjek
5.    Teknik Pengumpulan Data
     Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada setting (kondisi) alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2011: 225). Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah:
       1. Observasi
     Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Marzuki, 2000: 58). Metode observasi menggunakan pedoman observasi yang berupa daftar cek sebagai instrumen penelitian. Spradley (Sugiyono, 2011: 229) mengungkapkan bahwa situasi sosial yang diobservasi terdiri dari tiga komponen, yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (kegiatan). Berdasar pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan observasi berperan serta dan observasi nonpartisipan, sedangkan berdasar instrumentasi yang digunakan, observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2011: 145).
     Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan serta dan observasi tidak terstruktur. Peneliti datang di tempat kegiatan sehari-hari subjek penelitian, tetapi tidak ikut terlibat pada kegiatan tersebut (Sugiyono, 20011: 227). Observasi pada penelitian ini tidak dipersiapkan dengan sistematis, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan perilaku peserta didik berprestasi akademik ketika belajar.
       2.  Wawancara
     Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexi J. Moleong, 2006: 186). Wawancara merupakan teknik mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang diminta informasi). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2011: 138).
     Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara semiterstruktur kepada peserta didik sebagai narasumber primer, serta  guru kelas IV, dan orang tua peserta didik sebagai narasumber sekunder. Peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah dipersiapkan, tetapi bersifat lebih bebas sehingga informan dapat mengungkapkan pendapatnya (Sugiyono, 2011: 233). Pertanyaan penelitian dibuat berdasarkan definisi operasional variabel yang dijabarkan melalui sub variabel dan indikator dalam kisi-kisi instrumen penelitian.
       3. Dokumentasi
     Guba dan Lincoln (Lexi J. Moleong, 2006: 216) mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010: 201). Penggunaan metode dokumen dalam penelitian ini menurut Guba dan Lincoln (Lexy J. Moleong, 2006: 217) karena: (a) merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong, (b) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (c) berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, (d) tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi, (e) dokumentasi harus dicari dan ditemukan, (f) hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
     Dalam penelitian ini, studi dokumen dilakukan pada transkrip wawancara dan observasi, tulisan dan catatan peserta didik, catatan lapangan peneliti, serta foto kegiatan pembelajaran.
5.    Instrumen Penelitian
     Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti (Sugiyono, 2011: 292). Meneliti adalah melakukan pengukuran sehingga dalam penelitian harus menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data. Menurut Nurul Zuriah (2006: 172) metode angket menggunakan instrumen kuesioner dan ceklist, metode wawancara dengan instrumen pedoman wawancara, metode observasi dengan instrumen lembar pengamatan, dan metode dokumentasi dengan instrumen tabel. Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan wawancara yang dibuat berdasarkan definisi operasional penelitian, yakni gaya belajar Visual, Auditori, dan Kinestik peserta didik.
6.    Teknis Analisis Data
     Bogdan dan Biklen (Nurul Zuriah, 2006: 217) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diintrepretasikan temuannya kepada orang lain. Analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 246) dilakukan dengan: 1) Periode pengumpulan data, dilakukan melalui instrumen-instrumen yang telah dibuat kemudian dipilah data yang penting, 2) Mereduksi data, merupakan proses mengurangi data yang kurang relevan dengan fokus penelitian, 3) Men-display data, hasil reduksi data disajikan dalam berbagai cara visual sehingga data dapat memperjelas data, yaitu dengan grafik dan diagram, 4) Menarik kesimpulan dari verifikasi, dilakukan dengan melihat kembali laporan yang ingin dicapai.
     Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, yait untuk menjelaskan dan mencoba mendeskripsi dan mempelajarai tentang gaya belajar peserta didik yang berbeda pada setiap subjek berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan yang diperoleh dari bebagai sumber. Berbagai data tentang  gaya belajar peserta didik yang ditemukan dilapangan yaitu macam-macam gaya belajar, dan cara guru dalam memahami gaya belajar peserta didik. Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah data tersebut dikategorikan, dianalisis dan juga di simpulkan.
H.   Daftar Pustaka
       Online Tersedia :
eprints.uny.ac.id/.../1/skripsilengkapdf.pdf